A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
Adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
B. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
Pada dasarnya manusia mempunyai
perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh ( saling
mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan
interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning
community ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama
siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih
asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
C. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
Didalam pembelajaran kooperatif
terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut Lie ( 2004 ):
1. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru
menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau
yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai
melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan
menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling
ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka
Dengan hal ini dapat memaksa siswa
saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa
akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
3. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan
wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian
ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok
mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai
kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok
harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan
akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada
rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
4. Keterampilan menjalin hubungan
antar pribadi
Keterampilan sosial dalam menjalin
hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan
antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.
D. UNSUR – UNSUR MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Menurut Roger dan David Johnson ada
5 unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu :
1. Positive interdependence ( saling
ketergangtungan positif )
Beberapa cara membangun saling
ketergantungan positif yaitu :
a) Menumbuhkan
perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian
tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan.
b) Mengusahakan agar
semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka
berhasil mencapai tujuan.
c) Mengatur
sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan
sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.
d) Setiap peserta didik
ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan,
saling melengkapi dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
2. Personal responsibility (
tanggung jawab perorangan )
Tanggung jawab perorangan merupakan
kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar
bersama.
3. Face to face promotive
interaction ( interaksi promotif )
Unsur ini penting untuk dapat
menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri – ciri interaksi promotif
adalah :
a. Saling membantu secara
efektif dan efisien
b. Saling memberi informasi
dan sarana yang diperlukan
c. Memproses informasi
bersama secara lebih effektif dan efisien
d. Saling mengingatkan
e. Saling percaya
f. Saling memotivasi
untuk memperoleh keberhasilan bersama
4. Interpersonal skill ( komunikasi
antar anggota / ketrampilan )
Dalam unsur ini berarti
mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik,
maka hal yang perlu dilakukan yaitu :
a. Saling mengenal dan
mempercayai
b. Mampu berkomunikasi secara
akurat dan tidak ambisius
c. Saling menerima dan
saling mendukung
d. Mampu menyelesaikan konflik
secara konstruktif.
5. Group processing ( pemrosesan
kelompok )
Dalam hal ini pemrosesan berarti
menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau
tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap
kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
1. Meningkatkan hasil belajar
akademik
Meskipun pembelajaran kooperatif
meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.
2. Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif memberi
peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.
3. Pengembangan ketrampilan sosial
Mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman
yang lain.
F. PERBEDAAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PEMBELAJARAN TRADISIONAL
Kelompok Belajar Kooperatif
|
Kelompok Belajar Tradisional
|
|
Adanya saling ketergantungan
positif, saling membantu dan saling memberikan motivai sehingga ada interaksi
promotif.
|
Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
|
|
Adanya akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok
diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan.
|
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas- tugas sering diborong oleh salah seorang anggota
kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ diatas
keberhasilan temannya yang dianggap ‘ pemborong’.
|
|
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dsb sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan.
|
Kelompok belajar biasanya homogen
|
|
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para
anggota kelompok.
|
Pemimpin kelompok sering
ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan
cara masing-masing.
|
|
Ketrampilan social yang diperlukan
dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomu nikasi,
mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
|
Ketrampilan sosial sering tidak
diajarkan secara langsung.
|
|
Pada saat belajar kooperatif
sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota
kelompok.
|
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajarkelompok sedang
berlangsung.
|
|
Guru memperhatikan secara langsung
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.
|
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok belajar.
|
|
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi
yang saling menghargai).
|
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
|
G. KEUNTUNGAN PENGGUNAAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Keuntungan pembelajaran kooperatif
diantaranya adalah :
- Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social
- Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
- Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
- Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.
- Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
- Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
- Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
- Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
- Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
- Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
- Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas
H. SINTAK MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
FASE – FASE
|
PERILAKU GURU
|
|
Fase 1 : present goals and set
Menyampaikan tujuan dan memper
siapkan peserta didik
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
|
|
Fase 2 : present information
Menyajikan informasi
|
Mempresentasikan informasi kepada
paserta didik secara verbal.
|
|
Fase 3 : organize students into
learning teams
Mengorganisir peserta didik ke
dalam tim – tim belajar
|
Memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien.
|
|
Fase 4 : assist team work
and study
Membantu kerja tim dan belajar
|
Membantu tim- tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya.
|
|
Fase 5 : test on the materials
Mengevaluasi
|
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok- kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
|
|
Fase 6 : provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
|
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
|
I. TEKNIK –
TEKNIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1. Metode STAD ( Student Achievement
Divisions )
Metode ini dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini digunakan
para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu,
baik melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya :
a. Para siswa di dalam
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4
atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis
kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).
b. Tiap anggota tim/kelompok
menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai
bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
c. Secara individual
atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui
penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
d. Tiap siswa dan tiap tim
diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara
individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna
diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh
penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.
2.
Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :
a. Kelas dibagi menjadi
beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang
heterogen.
b. Bahan akademik disajikan
kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
c. Para anggota dari
beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu
bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu
mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).
d. Selanjutnya para siswa
yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula ( home teams )untuk
mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok
pakar.
e. Setelah diadakan
pertemuan dan diskusi dalam “ home teams “ para siswa dievaluasi secara
individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
3.
Metode G ( Group Investigation )
Metode ini dirancang oleh Herbet
Thelen dan diperbaiki oleh Sharn. Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak
perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi.
Dalam metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
komunikasi dan proses memiliki kelompok.
Langkah-langkahnya :
a. Seleksi topik
b. Merencanakan kerjasama
c. Implementasi
d. Analisis dan sintesis
e. Penyajian hasil
akhir
f. Evaluasi selanjutnya
4. Metode struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer
Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola – pola interaksi siswa.
Contoh teknik pembelajaran metode
struktural yaitu :
a. Mencari Pasangan ( Make
a Match )
Dikembangkan oleh Larana Curran,
dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Langkah –
langkahnya :
1) Guru menyiapkan beberapa kartu
yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review ( persiapan
menjelang tes atau ujian ).
2) Setiap siswa mendapat satu buah
kartu.
3) Setiap siswa mencari pasangan
yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua
atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
5) Para siswa mendiskusikan
penyelesaian tugas secara bersama – sama.
6) Presentasi hasil kelompok atau
kuis.
b. Bertukar Pasangan
Langkah – langkahnya :
1) Setiap siswa mendapatkan satu
pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur /
teknik mencari pasangan.
2) Guru memberikan tugas dan siswa
mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3) Setelah selesai setiap pasangan
bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4) Kedua pasangan tersebut bertukar
pasangan. Masing – masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan
mengukuhkan jawaban mereka.
5) Temuan baru yang didapatkan dari
pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.
c. Berkirim Salam dan Soal
Langkah – langkahnya :
1) Guru membagi siswa dalam kelompok
berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan
yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih
soal-soal yang cocok.
2) Kemudian masing-masing kelompok
mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari
kelompoknya.
3) Setiap kelompok mengerjakan soal
kiriman dari kelompok lain.
4) Setelah selesai jawaban masing –
masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
d. Bercerita Berpasangan
Teknik ini menggabungkankegiatan
membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Langkah – langkahnya :
a) Pengajar membagi bahan pelajaran
menjadi dua bagian.
b) Pengajar memberikan pengenalan
topik yang akan dibahas dalam pelajaran.
c) Siswa dipasangkan
d) Bagian pertama bahan diberikan
kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang
kedua.
e) Kemudian siswa disuruh membaca
atau mendengarkan bagian mereka masing-masing
f) Sambil membaca/mendengarkan siswa
mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada dalam bagian masing-masing.
g) Siswa berusaha untuk mengarang
bagian lain yang belum dibaca/didengarkan berdasarkan kata kunci.
h) Setelah selesai menulis, beberapa
siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
i) Pengajar membagiakan bagian
cerita yang belum terbaca kepada masing –masing siswa.
j) Diskusi mengenai topik tersebut.
e. Dua Tinggal Dua Tamu
( Two Stay Two Stay )
Langkah-langkahnya :
1) Siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok berempat.
2) Siswa bekerjasama dalam kelompok
berempat seperti biasa.
3) Setelah selesai, dua orang dari
masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing
bertamu ke dua kelompok lain.
4) Dua orang yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
5) Tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
6) Kelompok mencocokan dan membahas
hasil – hasil kerja mereka.
f. Keliling Kelompok
Langkah – langkahnya :
1) Salah satu siswa dalam
masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya
mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
2) Siswa berikutnya juga ikut
memberikan kontribusinya
3) Demikian seterusnya. Giliran
bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke
kanan.
g. Kancing Gemerincing
Langkah-langkahnya :
1) Guru menyiapkan satu kotak kecil
yang berisi kancing – kancing atau benda kecil lainnya.
2) Sebelum kelompok memulai tugasnya
setiap siswa dalam masing – masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah
kancing ( jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan.
3) Setiap kali seorang siswa
berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah satu
kancingnya dan meletakkan di tengah – tengah.
4) Jika kancing yang dimiliki
seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga
menghabiskan kancing mereka.
5. Think – Pair – Share
Langkah-langkah :
a. Thinking : guru
mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh
peserta didik.
b. Pairing : guru meminta
peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada pasangan –
pasangan untuk berdiskusi.
c. Sharing : hasil diskusi
intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan
seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong
pada pengkonstuksian pengetahuan secara integratif.
6. Numbered Heads Together
Langkah – langkahnya :
a. Guru membagi kelas
menjadi kelompok – kelompok kecil
b. Guru mengajukan beberapa
pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada kesempatan ini
tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together” berdiskusi
memikirkan jawaban.
c. Guru memanggil
paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok dan
memberi kesempatan untuk menjawab.
d. Guru mengembangkan diskusi
lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu
sebagai pengetahuan yang utuh.
7. Bamboo Dancing
Langkah – langkahnya :
a. Pembelajaran diawali
dengan pengenalan topik oleh guru.
b. Guru membagi kelas menjadi
2 kelompok besar dan berpasangan.
c. Membagikan tugas
kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ).
d. Usai berdiskusi pasangan
berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam sehingga tiap- tiap
peserta didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya
hingga kembali kepasangan awal.
e. Hasil diskusi tiap –
tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas
f. Guru memfasilitasi
terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga pengetahuan
yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh
kelas.
8. Point – Counter – Point
Langkah – langkahnya :
a. Guru memberi
pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi.
b. Membagi peserta didik ke
dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan.
c. Tiap – tiap kelompok
diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi sesuai dengan
perspektif yang dikembangkannya.
d. Setelah berdiskusi maka
mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang
dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari
kelompok lain perihal isu yang sama.
e. Buat evaluasi
sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari
argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan.
9.
The Power of Two
Langkah – langkahnya :
a. Ajukan pertanyaan
yang membutuhkan pemikiran yang kritis.
b. Minta peserta didik
menjawab pertanyaan yang diterimanya secara perorangan.
c. Minta peserta didik
mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya kemudian
menyusun jawaban baru yang disepakati bersama.
d. Membandingkan jawaban –
jawaban tersebut dengan pasangan lain sehingga paserta didik dapat
mengembangkan pengetahuan yang lebih integrative.
e. Buat rumusan –
rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang telah
diajukan. Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan
yang telah dikembangkan selama diskusi.
10. Listening Team
Langkah-langkahnya :
a. Diawali dengan
pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.
b. Guru membagi kelas menjadi
kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran masing – masing,
misalnya:
Kelompok 1 : kelompok penanya
Kelompok 2 : kelompok penjawab
dengan perspektif tertentu
Kelompok 3 : kelompok penjawab
dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2
Kelompok 4 : kelompok yang bertugas
mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi.
c. Munculkan diskusi
yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi menjadi
berkualitas.
d. Penyampaian berbagai kata
kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.
J. METODE-METODE
PENDUKUNG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1. PQ4R
Pengalaman awal dapat dibangun
melalui aktivitas membaca sehingga peserta didik akan memiliki stock knowledge.
Langkah – langkahnya :
a) P ( Preview )
yaitu peserta didik menemukan ide – ide pokok yang dikembangkan dalam bahan
bacaan.
b) Q ( Question ) yaitu
peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan untuk dirinya sendiri yang
diarahkan pada pembentukan pengetahuan deklaratif, structural dan pengetahuan
procedural.
c) R ( Read )
yaitu peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan yang dipelajarinya
sehingga paerta didik diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang
dirumuskannya.
d) R ( Reflect ) yaitu
peserta didik memahami apa yang dibacanya.
e) R ( Recite )
yaitu peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya dan mampu merumuskan
konsep – konsep, menjelaskan hubungan antar konsep dan mengartikulasikan pokok
– pokok penting yang telah dibacanya.
f) R ( Review )
yaitu peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari bahan yang telah
dibacanya. Peserta didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari
pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukannya.
2. Guided Note
Taking
Merupakan metode catatan terbimbing
yang dikembangkan agar metode ceramah yang dibawakan guru mendapat perhatian
siswa. Langkah – langkahnya :
a) Memberikan
bahan ajar misalnya yang berupa handout dari materi ajar yang disampaikan
dengan metode ceramah kepada peserta didik.
b) Mengosongi sebagian
poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian – bagian yang kosong dalam
handout tersebut
c) Menjelaskan
kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja
dibuat agar peserta didik tetap berkonsentrasi mengikuti pelajaran.
d) Selama ceramah
berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian yang kosong tersebut.
e) Setelah
penyampaian materi selesai, minta peserta didik membacakan handoutnya.
3.
Snowball Drilling
Metode ini dikembangkan untuk
menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan – bahan
bacaan. Peran guru adalah mempersiapkan paket soal – soal pilihan ganda dan
menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi.
Langkah – langkahnya :
a) Peserta didik
di tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
guru.
b) Jika peserta didik
pertama berhasil menjawab maka paserta didik tersebut berhak menunjuk teman
yang lainya untuk menjawab soal berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal
manjawab pertanyaan pertama maka dia harus menjawab pertanyaan berikutnya
hingga berhasil menjawab.
c) Diakhir
pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta
didik.
4.
Concept Mapping
Langkah – langkahnya :
a) Guru
mempersiapkan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama.
b) Guru membagikan
potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep – konsep utama kepada peserta
didik.
c) Memberi keempatan
kepada peserta didik untuk mencoba membuat peta yang menggambarkan hubungan
antar konsep. Dan membuat garis hubung serta menuliskan kata atau kalimat yang
menjelaskan hubungan antar konsep.
d) Kumpulkan hasil
pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep yang benar dan dibahas
satu persatu.
e) Ajak seluruh
kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan beberapa kesimpulan
terhadap materi yang dipelajari.
5.
Giving Question and Getting Answer
Dilakukan untuk melatih peserta
didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan.
Langkah – langkahnya :
a) Bagikan 2
potongan kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada peserta didik untuk
menuliskan dikartu itu (1) kartu menjawab, (2) kartu bertanya.
b) Ajukan pertanyaan
baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu bertanya.
c) Minta kepada
peserta didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada kartu menjawab dan
serahkan pada guru.
d) Jika sampai akhir
masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka minta mereka untuk membuat
resume atas proes tanya jawab yang sudah berlangsung.
6.Question Student Have
Dilakukan untuk melatih peserta
didik memiliki kemampuan bertanya. Langkah – langkahnya :
a) Membagi kelas
menjadi 4 kelompok.
b) Bagikan kartu kosong
kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok.
c) Minta peserta
didik menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal – hal yang
dipelajari.
d) Putar kartu searah
jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok, anggota
tersebut harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan terebut
dianggap penting. Putar hingga ampai kapada pemiliknya kembali.
e) Periksa
pertanyaan mana yang memperoleh suara yang banyak dan bandingkan dengan perolehan
anggota lain. Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak menjadi milik kelompok.
f) Setiap kelompok
melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru memeriksa. Setelah
diseleksi pertanyaan dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara
mandiri maupun kelompok.
7.
Talking Stick
Metode ini mendorong peserta didik
untuk berani mengemukakan pendapat. Langkah – langkahnya :
a) Guru
menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari.
b) Peserta didik diberi
kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi tersebut.
c) Guru meminta
kepada peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian guru mengambil tongkat dan
diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang mendapat tongkat
tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan demikian
seterusnya.
d) Guru member keempatan
kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap materi yang telah
dipelajari dan guru member ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan
peserta didik dan selanjutnya bersama – sama merumuskan kesimpulan.
8.
Everyone is Teacher Here
Metode ini merupakan cara yang tepat
untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual dan
member kesempatan kepada siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman –
temannya. Langkah – langkahnya :
a) Bagikan kertas/
kartu indeks kepada seluruh peserta didik.
b) Setiap peserta didik
diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri pelajaran yang sedang
dipelajari di kelas.
c) Kumpulkan
kertas dan acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik dan pastikan tidak
ada yang mendapatkan soalnya sendiri.
d) Minta kepada peserta
didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati dan minta untuk memikirkan
jawabannya.
e) Minta kepada
peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
f) Setelah
dijawab, minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan jawabannya.
9.
Tebak Pelajaran
Dikembangkan untuk menarik pehatian
siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah – langkahnya :
a) Tulislah atau
tayangkan melalui LCD subject matter dari pelajaran yang akan disampaikan.
b) Mintalah kepada siswa
untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari
materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
c) Sampaikan
meteri pembelajaran secara interaktif.
d) Selama proses
pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan
materi yang disampaikan oleh guru.
e) Diakhir
pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.
K. KEUNGGULAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif memiliki
keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain :
- Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas tertentu.
- Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.
- Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.
- Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman – temannya.
- Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.
L. KELEMAHAN PEMBELAAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif selain
memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :
- Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.
- Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata.
- Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar.
- Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.
Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
1. Apa
Model Pembelajaran Langsung itu?
Model pembelajaran langsung adalah model
pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku
dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1)
transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi
pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4)
lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru
berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya
menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,
gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa
pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan
sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat
berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan
model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan
tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
2. Bagaimana Tahapan
Model Pembelajaran?
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung
menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:
- Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
- Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
- Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
- Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
- Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh
langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.
- Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
- Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
- Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
- Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
- Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
- Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
3. Pada situasi apa
Pembelajaran Langsung dapat digunakan?
- Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
- Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
- Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
- Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
- Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
- Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
- Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
- Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
- Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
- Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
4. Kelebihan dan
Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
Kelebihan model
pembelajaran langsung:
- Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
- Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
- Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
- Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
- Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
- Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
- Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
- Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
- Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
- Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
- Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
- Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
- Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
- Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
- Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
- Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
- Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Keterbatasan Model
Pembelajaran Langsung:
- Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
- Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
- Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
- Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
- Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
- Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
- Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
- Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
- Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
- Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
- Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
- Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
Model
Pembelajaran Konstektual
A. Pengertian
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan
kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan
fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual
karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
B. Pemikiran tentang belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan
diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
- Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
- Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
- Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
- Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
- Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
- Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
- Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
- Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
- Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
- Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
- Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
- Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
- Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
- Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
- Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
- Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
- Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
- Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual
Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment)
D. Pengertian Pembelajaran
Kontekstual
- Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
- Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota dan masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual
dengan Pendekatan Tradisional
Kontekstual
- Menyandarkan pada pemahaman makna.
- Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
- Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
- Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
- Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
- Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
- Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
- Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
- Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10. Hadiah dari perilaku baik
adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11. Siswa tidak melakukan hal
yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12. Perilaku baik berdasarkan
motivasi intrinsik.
13. Pembelajaran terjadi di
berbagai tempat, konteks dan setting.
14. Hasil belajar diukur
melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
- Menyandarkan pada hapalan
- Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
- Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
- Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
- Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
- Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
- Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
- Perilaku dibangun atas kebiasaan.
- Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hadiah dari perilaku baik
adalah pujian atau nilai rapor.
11. Siswa tidak melakukan
sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12. Perilaku baik berdasarkan
motivasi entrinsik.
13. Pembelajaran terjadi hanya
terjadi di dalam ruangan kelas.
14. Hasil belajar diukur
melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
F. Penerapan Pendekatan Kontekstual
Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya
- Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
- kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
- Ciptakan masyarakat belajar.
- Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
- Lakukan refleksi di akhir pertemuan
- Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
G. Tujuh Komponen Pembelajaran
Kontekstual
1. Konstruktivisme
- Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
- Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
- Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
- Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
- Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
- Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat
Belajar)
- Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
- Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
- Tukar pengalaman.
- Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
- Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
- Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
- Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
- Mencatat apa yang telah dipelajari.
- Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian
Yang Sebenarnya)
- Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
- Penilaian produk (kinerja).
- Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
H. Karakteristik Pembelajaran
Kontekstual
- Kerjasama
- Saling menunjang
- Menyenangkan, tidak membosankan
- Belajar dengan bergairah
- Pembelajaran terintegrasi
- Menggunakan berbagai sumber
- Siswa aktif
- Sharing dengan teman
- Siswa kritis guru kreatif
- Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
- Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
I. Menyusun Rencana Pembelajaran
Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual,
program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang
guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program
tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang
dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya
bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan
mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program
pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada
penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi
tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah
sebagai berikut.
Nyatakan kegiatan pertama
pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan
antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil
Belajar.
- Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
- Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
- Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
- Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
Definisi/Konsep Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model pembelajaran berbasis
masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world).
KELEBIHAN PROBLEM BASED LEARNING (MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH)
- Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
- Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
- PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
Konsep Dasar (Basic Concept)
Guru atau fasilitator
memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang
akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran
Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
a. Pendefinisian Masalah (Defining
the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat
b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
c. Tahap investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat
b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
c. Tahap investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Sebelum memulai proses
belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta
mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
SISTEM PENILAIAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
Penilaian dilakukan dengan
memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic
assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan
kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis
untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka
pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan
cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar